Sikap Ulama Salaf Terhadap Penyimpangan
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Sikap Ulama Salaf Terhadap Penyimpangan ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 24 Muharram 1444 H / 22 Agustus 2022 M.
Kajian Islam Tentang Sikap Ulama Salaf Terhadap Penyimpangan
Sebelumnya kita sudah jelaskan bagaimana sikap para ulama-ulama salaf terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada seseorang walaupun kondisi orang itu terlihat baik. Namun ketika orang-orang yang terlihat baik ini menunjukkan pemikiran yang sebenarnya, maka para ulama-ulama salaf tersebut tidak segan-segan mengeluarkan pernyataan/tahdzir (peringatan) agar mewaspadai orang-orang seperti itu.
Contohnya para pemalsu hadits atau orang-orang yang memanipulasi hadits. Hal ini seperti yang diriwayatkan dari Yahya bin Sa’id, dia bercerita: “Aku bertanya kepada Syu’bah, Sufyan bin Sa’id, Sufyan bin Uyainah, dan Malik bin Anas tentang seseorang yang tidak hafal hadits atau diduga kuat melakukan manipulasi atau pemalsuan hadits?” Kaum ini sering menisbatkan sesuatu kepada Nabi tapi tidak jelas riwayatnya. Bahkan terkadang mengarang cerita dan dinisbatkan kepada Nabi. Kaum sufi ini termasuk kaum yang senang menggunakan riwayat-riwayat yang palsu atau hadits-hadits yang tidak jelas asal-usulnya.
Maka para ulama itu menjawab: “Kondisinya harus diperjelas.” Yaitu harus dinyatakan keadaannya bahwa dia adalah seorang pemalsu hadits, atau orang yang mengarang tentang hadits, ataup orang yang mengada-ngada di dalam periwayatan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Walaupun secara lahir mungkin orang itu baik-baik saja. Artinya orang yang kelihatannya shalih, tapi ketika dia menunjukkan jati diri yang sebenarnya, maka para ulama tidak segan-segan mengeluarkan tahdzir mereka terhadap orang tersebut.
Hal ini terjadi pada Imam Ahmad bin Hanbal, beliau pernah memuji seseorang. Tentunya Imam Ahmad tidak memuji seseorang kecuali orang itu baik secara lahir (sebelum Imam Ahmad tahu kekeliruannya). Lalu terkuaklah sedikit demi sedikit tentang kesalahan dan kekeliruannya. Maka Imam Ahmad mengatakan: “Si Fulan adalah orang baik, andai saja dia tidak melakukan kekeliruan.”
Imam Ahmad juga pernah berkomentar tentang Sari As-Saqthi: “Dia adalah Syaikh yang dikenal baik.” Namun selanjutnya manakala disampaikan kepada beliau bahwa As-Saqthi ini pernah mengatakan: “Saat Allah menciptakan huruf-huruf maka bersujudlah huruf ba,” di sini sudah mulai nyeleneh pemikiran-pemikirannya. Maka Imam Ahmad pun berseru: “Jauhkanlah orang-orang darinya.”
Demikian pandangan/sikap para ulama salaf terhadap orang-orang yang menunjukkan kesesatan ataupun penyimpangannya di dalam agama.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52048-sikap-ulama-salaf-terhadap-penyimpangan/